BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amfibi muncul di bumi
secara tiba-tiba dan tanpa nenek moyang apa pun. Evolusionis tidak dapat
menjelaskan asal-usul kelompok makhluk hidup ini. Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit
yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di
darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan
sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air.
Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup
kedua adalah di daratan.
Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan
bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada
fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini
amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan
peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan
rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher
sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan
cara melompat.
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air
mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata
dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata.
Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak
depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium
cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak
berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan
bahan pelembab atau perekat.
Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui
siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya
anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa.
Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang
biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya
berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang
biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya.
Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang
penulisan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a)
Bagaimana karakteristik hewan Amphibia??
b)
Bagaimana pengklasifikasian hewan Amphibia??
c)
Bagaimana morfologi dan fisiologi hewan
Amphibia??
d)
System anatomi amphibi
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain untuk
memenuhi tugas semester pada mata kuliah
“Zoologi
Vertebrata” mengenai kelas amphibia. Selain itu penulisan makalah ini
juga bertujuan untuk
memberikan informasi kepada para pembaca mengenai “Super-kelas
Tetrapoda, khususnya Kelas Amphibia.
D.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini
yaitu “Metode Kepustakaan”, pada Pada zaman modern ini metode
kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan
dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena
jauh lebih praktis, efektif dan efisien.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Amphibia
1.
Karakteristik Internal
Amphibia adalah vertebrata yang secra tepikal
dapat hidup baik dalam air tawar dan di darat. Sebagian besar mengalami
metamorfosis dari berudu ke dewasa, namun beberapa jenis amphibia tetap
mempunyai insang selama hidupnya. Jenis – jenis yang sekarang ada tidak
mempunyai sisik luar, kulit biasanya tipis dan basah.
Tengkorak lebar dan tertekan, dengan rongga otak yang kecil. Ada
duakondil oksipital. Sabuk – sabuk dada (pektoral) dan sabuk – sabuk
pinggang (pelvik) membantu kaki – kakinya dan menyokong tubuhnya.
Kolumna vertebralis mulai menunjukan deferensiasi menjadi daerah –
daerah servikal (leher), badan, sakral, dan kaudal (ekor). Kaki – kaki depan
umumnya dengan 4 buah jari, kaki belakang dengan 5 buah jari.
Telinga tengah, bila
ada, mengandung ossikel auditori yang benar – benar terdiri atas 2
elemen ;
a) Stapes
b)
Kolumella
Tidak ada telinga
luar. Otak di bagi menjadi 5 bagian, dengan saraf kranial. Respirasi mungkin
melalui insang, paru – paru, kulit, dan membran faringeal dan kloakal, dengan
berbagai variasi kombinasi dari semuanya itu. Jantung mempunyai 2 atrium dan 1
ventrikel. Darah polmuner dan darah sistemik bercampur. Ada sistem porta ginjal
yang dengan melalui vena abdominal berhubungan dengan porta hepatis. Telur
terbungkus dalam pembungkus gelatinus, dan biasanya di letakkan dalam air.
2. Karakteristik Eksternal
Tubuh terbagi menjadi kepala dan badan (tidak ada leher).
Terdapat dua pasang apendiks lokomotor (yang belakang sangat panjang). Kulit
lunak, tidak bersisik. Lubang hidung antori-dorsal, mata dorsal,
besar,membran timpaniv, dorsal berada di belakang dekat mata. Mulut
sangat lebar. Tiap tangan mempunyai 4 jari, jari kelima rudimenter. Tiap kaki
mempunyai 5 buah jari dengan selaput antar jari – jari.
B.
Klasifikasi Hewan Amphibi
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Sub Phylum
: Vertebrata
SuperClass
: Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ada 3 bangsa dalam kelas Amphibia, yaitu ;
1. Ordo Caudata (Urodela)
Adalah amfibia yang pada bentuk dewasa mempunyai
ekor. Tubuhnya berbentuk seperti bengkarung (kadal). Beberapa jenis yang dewasa
tetap mempunyai insang, sedang jenis – jenis lain insangnya hilang. Sabuk –
sabuk skelet hanya kecil bantuannya dalam menyokong kaki. Tubuh dengan jelas
terbagi kedalam kepala, badan, dan ekor. Kaki – kakinya kira – kira sama besar.
Jika akuatis, bentuk larva sama seperti yang dewasa. Dari larva menjadi dewasa
memerlukan waktu beberapa tahun. Contoh ; Megalobatrachus japonicus (salamander
raksasa, Cina dan Jepang, kira – kira 150 cm), Ambystoma
tigrinum (dewasa tidak mempunyai insang), Hynobius sp., dan Ranodon
sp., (terdapat di Asia),katak pohon (Polypedates sp.)
2. Ordo Salientia (Anura)
Pandai melompat. Pada hewan dewasa
tidak ada ekor. Hewan dewasa bernapas dengan paru – paru. Kaki dan skeleton
sabuk tumbuh baik. Kepala dan tubuh bersatu, tidak ada leher, tidak ada ekor.
Kaki depan pendek, kaki belakang besar, kuat untuk melompat. Antara jari – jari
kaki dan selaput (kulit) untuk berenang. Vertebrae ada 10. Tidak ada rusuk
(atau tereduksi). Fertilisasi eksternal. Larva (berudu) dengan ekor dan sirip –
sirip median. Metamorfosis nyata dan mencolok. Contoh ; katak bengkoang (Bufo terretris, Bufo boreas), dan kodok hijau (Rana pipiens).
3. Ordo
Apoda (Gymnophiona)
Tengkorak kompak, banyak vertebrae, rusuk
panjang, kulit lunak dan menghasilkan ccairan yang meransang. Antara mata dan
hidung ada tentakl yang dapat di tonjolkan. Mata sebagai mata vestigal. Mata
tidak mempunyai kelopak. Ekor pendek. Jantan dan organ kopulasi yang dapat di
tonjolkan keluar. Serupa cacing, tiada berkaki, menggali lubang. Sisik – sisik
dermal (asal mesodermal) terpendam dalam kulit. Ovipar atau ovivipar. Hanya
terdapat di daerah tropis. Contoh ; Icthyosis glutinosis
c. Fisiologi Amphibi
a.
System Digestoria
(Pencernaan)
Sistem pencernaan makanan pada amfibi hampir sama
dengan ikan, meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Salah
satu binatang amphibi adalah katak. Makanan katak berupa hewan-hewan kecil
(serangga). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada katak meliputi:
1. Rongga
mulut.
Gigi tumbuh pada rahang
atas dan langit-langit. Gigi yang tumbuh di langit-langit disebut gigi vomer.
Setiap kali tanggal, akan tumbuh gigi baru sebagai ganti. Lidah pada katak
bercabang dua dan berfungsi sebagai alat penangkap mangsa. Jika ada serangga,
katak menjulurkan lidahnya dan serangga itu akan melekat pada lidah yang
berlendir.
2. Esophagus.
Berupa saluran pendek (kerongkongan).
3. Ventrikulus (lambung).
Berbentuk kantung yang
bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus. Di dalam lambung
makanan dicerna kemudian masuk ke usus halus.
4. Intestinum
(usus). Dinding usus mengandung kapiler darah dan di sisi sari-sari makanan
diserap. Dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal
(besar). Usus halus meliputi: duodenum, jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas
batas-batasnya. Dinding usus halus mengandung kapiler darah yang berfungsi
untuk menyerap sari-sari makanan.
5. Usus
tebal (besar). Berakhir pada rektum dan menuju kloaka, dan
6. Kloaka.
Merupakan muara bersama antara
saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine.
Kelenjar
pencernaan pada amfibi terdiri atas kelenjar ludah hati dan pankreas. Hati
berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi
dua lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung
empedu yang berwarna kehijauan. Pankreas berwarna kekuningan, melekat diantara
lambung dan usus dua belas jari (duodenum). Pankreas berfungsi menghasilkan
enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
b.
System
Circulatoria (Peredaran Darah)
Sistem
peredaran darah katak berupa system peredaran darah tertutup dan peredaran
darah ganda. Pada system peredaran darah ganda, darah melalui jantung dua kali
dalam satu kali peredaran. Pertama, darah dari jantung menuju ke paru-paru
kemudian kembali ke jantung. Kedua, darah dari seluruh tubuh menuju ke
jantung dan diedarkan kembali ke seluruh tubuh.
Jantung
katak terdiri dari tiga ruang, yaitu dua atrium (atrium kanan dan atrium kiri)
dan sebuah ventrikel. Di antara atrium dan ventrikel terdapat klep yang
mencegah agar darah di ventrikel tidak mengalir kembali ke atrium.
Darah yang miskin oksigen dari berbagai
jaringan dan organ-organ tubuh mengalir ke sinus venosus menuju atrium kanan.
Darah dari atrium kanan mengalir ke ventrikel, kemudian menuju ke arteri
pulmonalis dan masuk ke paru-paru. Di paru-paru, karbon dioksida dilepaskan dan
oksigen diikat. Dari paru-paru darah mengalir ke vena pulmonalis, kemudian
menuju atrium kiri. Peredaran darah yang terjadi ini merupakan peredaran darah
kecil. selanjuntnya, dari atrium kiri darah mengalir ke ventrikel. Di dalam
ventrikel terjadi pencampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang
mengandung karbon dioksida, meskipun dalam jumlah yang sedikit. Dari ventrikel,
darah keluar melalui traktus arteriosus (batang nadi) ke aorta yang bercabang
ke kiri dan ke kanan. Masing-masing aorta ini bercabang-cabang menjadi tiga
arteri pokok, yaitu arterior (karotis) mengalirkan darah ke kepala dank e otak,
lengkung aorta mengalirkan darah ke jaringan internal dan alat dalam tubuh, dan
arteri posterior mengalirkan darah ke kulit dan paru-paru.
Darah katak terdiri dari plasma darah
dan sel-sel darah. Plasma darah mengandung air, protein, darah, dan garam-garam
mineral. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah) dan leukosit
(sel darah putih). Eritrosit pada katakmemiliki inti dan mengandung hemoglobin
untuk mengikat oksigen. Leukosit pada katak juga memiliki inti. Selain memiliki
sitem peredaran darah, katak juga memilki sistem peredaran limfe. System
peredaran limfe berperdan penting dalam pengambilan cairan tubuh ke dalam
peredaran darah.
c.
System Respiratoria (Respirasi/Pernapasan)
Alat pernapasan pada amphibia, misalnya katak, berupa
paru-paru, kulit, dan insang. Pada stadium larva (berudu), hewan ini bernapas
dengan insang luar. Insang luar berupa tiga pasang lipatan kulit yang banyak
mengandung pembuluh kapiler darah. Oksigen yang larut dalam air di sekeliling
insang berdifusi ke dalam kapiler-kapiler darah dan berdar ke seluruh jaringan
tubuh. Karbondioksida dibawa kembali oleh darah ke alat pernapasan untuk
dikeluarkan dari tubuh.
Paru-paru katak berjumlah sepasang. Struktur paru-paru katak
berupa kantong tipis yang elastis, dilengkapi dengan lipatan-lipatan pada
permukaan dinding dalamnya yang berguna untuk memperluas permukaan. Pada
permukaan dinding dalam terdapat kapiler-kapiler darah yang berfungsi
mengangkut oksigen dari paru-paruke jaringan-jaringan lain dan melepas karbon
dioksida ke paru-paru.
Ø Mekanisme pernapasan katak
Pada saat katak berinspirasi atau menghirup oksigen dan
berekspirasi mengeluarkan karbom dioksida, mulut katak selalu dalam keadaan
tertutup. Pernapasan pada katak diatur oleh kontraksi dan relaksasi otot perut
dan otot rahang bawah.
a.
Inspirasi
Mula-mula tenggorokan bergerak ke
bawah sehingga rongga mulut membesar. Hal ini menyebabkan udara masuk melalui
lubang hidung ke rongga mulut. Kemudian lubang hidung tertutup oleh diikuti
dengan berkontraksinya otot rahang bawah yang menyebabkan rongga mulut
mengecil.
Dengan mengecilnya rongga mulut,
udara terdorong masuk ke paru-paru. Di paru-paru, oksigen diikat oleh kapiler
darah lalu diedarkan ke seluruh tubuh.
b.
Ekspirasi
Fase ini diawali dengan mengendurnya
otot rahang bawah dan berkontraksinya otot perut, sehingga paru-paru menegcil
dan udara terdorong ke rongga mulut. Sementara itu, celah tekak menutup
sehingga terjadi kontraksi rahang bawah. Akibatnya, rongga mulut mengecil
sehingga mendorong udara kaya oksigen.
Pernapsan dengan kulit berlangsung
pada ampbibia sewaktu di darat dan di air. Kulit katak selalu basah agar dapat
berfungsi sebagai alat pernapasan. Kulit katak sangat tipis, mengandung kapiler
darah dan dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar penghasil lendir di bagian dermis
dan di bawah kulit.
d
System Uro-Genatalis (Pengeluaran)
Alat ekskresi utama
pada katak adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak di kanan dan
kiri tulang belakang. Ginjal berwarna merah kecoklat-coklatan. Ginjal sebagai
alat penyaring akan mengeluarkan zat sisa, yaitu garam-garam mineral dan cairan
dari darah. Saluran ekskresi katak merupakan sepasang saluran yang akan bermuara
di kloaka. Pada katak jantan, saluran ginjal dan saluran kelaminnnya menyatu,
sedangkan pada katak betina tidak.
e.
System Reproduktivita (Reproduksi)
Kelompok amphibia, misalnya katak, merupak jenis hewan
ovipar. Katak betina dan katak jantan tidak memiliki alat kelamin luar.
Pembuahan katak juga terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin, katak betina dan
katak jantan akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada
punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemuidan katak betina
akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan katak betina
diselaputi oleh selaput telur atau membran vitelin. Sebelumnya, ovum katak yang
telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan
ovum dilanjutkan melalui saluran telur atau oviduk. Dekat opangkal oviduk pada
katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang disebut kantung
telur atau uterus. Oviduk katak betina terpisah dengan ureter (saluran kemih).
Oviduk berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan
juga akan menyusul mengeluarkan sperma. Soperma yang dihasilkan oleh testis
yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke dalam saluran sperma (vas deferens).
Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter (saluran kemih). Dari vas
deferens sperma bermuara di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum
akan diselimuti oleh cairan kental, sehingga kelompok telur tersebut berbentuk
gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang
menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernafas dengan
insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat isap. Makanannya berupa
pitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivor. Berudu awal
berkembang lebih lanjut dari herbivor menjadi karnivor atau insektivor (pemakan
serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru,
serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya, celah insang digantikan
dengan anggota gerak depan.
Setelah tiga bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah
terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai
berani muncul ke permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada
saat itu, anak katak bernafas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru.
Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek
hingga akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan :
a. Amphibi terdiri dari 3 ordo
(bangsa).
b. Katak termasuk dalam kelas amphibia
c. Sistem peredaran darah katak berupa
sistem peredaran darah tertutup dan peredaran darah ganda.
d. Saluran pencernaan katak terdiri
dari mulut, kerongkongan, lambung usus, dan kloaka.
e. Alat pernapasan pada katak berupa
paru-paru, kulit, dan insang.
f. Alat ekskresi utama pada katak
adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak di kanan dan kiri tulang
belakang.
g. Reproduksi pada katak terjadi secara
eksternal dan cara ovipar dengan perilaku ampleksus. Ovum yang telah dibuahi
oleh sperma akan berkembang menjadi berudu dan mengalami metamorfosis sehingga
menjadi katak dewasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Jasin, Maskoeri.1992.Zoologi Vertebrata.Sinar Wijaya:Surabaya Hal 73-84
http://www.mykunci.com/info/struktur-luar-amphibi.html.
http://widhy-unindra4.blogspot.com/2008/10/sistem-peredaran-darah-pada-hewan.html