====>>>>TERIMA KASIH SUDAH MENGUNJUNGI BLOG SAYA SEMOGA BISA MEMBANTU<<<<<=====

Selasa, 04 Februari 2014

67 Tahun Masa Adaptasi HMI



Mudah dipahami bahwa HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) lumayan familiar di kalangan aktivis dan para pelajar di berbagai kampus di tanah air lantaran dicatat dan menjadi salah satu obyek diskursus menarik dalam buku-buku sejarah perjalanan negeri ini. Dan variabel utama sekaligus pemain utama dalam proses pencatatan tersebut, tentu saja para alumninya yang bergiat dalam dunia kepenulisan. Kalau tanpa para alumni yang menuliskan dengan perasaan keterikatan dengan HMI, bisa jadi HMI terhempas dari sejarah (diskursus sejarah) sehingga gaung dan imej himpunan tidak mencuat seperti sekarang.


Banyak para alumni HMI yang menjadi dosen atau intelektual bahkan politisi namun bergiat juga dalam dunia literasi lantas menuliskan alam pikiran dan sepenggal sejarah aktifitas organisasi ini sehingga secara langsung maupun tidak langsung, mengenalkan himpunan ke dalam benak khalayak kaum remaja, muda, dan kelompok-kelompok kebangsaan lainnya. Dalam kadar tertentu, catatan alam pemikiran dan sejarah HMI juga sekrup penting dalam mengonsolidasikan gagasan perjuangan dan mesin pergerakan para aktivisnya, tidak saja ketika masih aktif akan tetapi juga selepas aktif dan bergabung dengan KAHMI (Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam).

Mengenai para penulis sejarah HMI itu, sebut saja beberapa diantaranya: Nurcholish Madjid, Deliar Noer, Agussalim Sitompul, Ahmad Wahib, Sulastomo, Dawam Rahardjo, Djohan Effendi, Jimly Asshiddiqie, Fachry Ali, Bahtiar Effendy, Anas Urbaningrum, Alfan Alfian Dua, dan seterusnya. Tetapi ah, itu hanya dari internal. Jangan salah, dari eksternal pun ada. Pada 1982 silam, pernah terbit buku berjudul Himpunan Mahasiswa Islam yang diterbitkan Penerbit Sinar Harapan buah karya Victor Tanja, Ph.D (seorang dosen dan Dekan Fakultas Theologia Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dan pendeta Protestan yang melayani jemaat Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) di Bogor, Jawa Barat).

"Bukan yang terkuat melainkan yang adaptiflah yang berumur panjang" ujar Charles Darwin. Dan kalimat ini, entah sejak kapan, acap dikutip dalam teks-teks resmi di lingkungan HMI. Poin penting dari kalimat ini dan seperti hendak ditegaskan pula oleh HMI adalah adaptif dan berumur panjang. Sebagai organisasi mahasiswa tertua di negeri ini, kalimat ini seperti berpesan bahwa jika HMI hendak bertahan dalam pusaran sejarah negeri ini, maka ia harus adaptif. Soal adaptif ini, HMI memang harus belajar dari dibubarkannya Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia pada awal tahun 1960.

Setidaknya ada tiga hal sehingga HMI masih bertahan sampai saat ini. Pertama, tentu saja perekrutan kader dari sederet program perkaderan serta aktifitas sosial dan politik HMI. Kedua, relasi relatif adaptif dengan para alumni HMI dan para pemangku kebijakan serta masyarakat di negeri ini. Ketiga, HMI masih menjadi organisasi yang menarik dan artikulatif dalam melakukan pengembangan intelektualitas dan regenerasi kepemimpinan para mahasiswa.

Ada benarnya bahwa selain penggenjotan dalam segi intelektual, will to power kader HMI juga lumayan besar. Dalam hal yang terakhir ini, orang bisa menelitinya dalam aktifitas kader HMI dan mengecek akurasi kabar yang menyatakan bahwa 30 persen anggota DPR saat ini adalah anggota KAHMI. Para penegak hukum seperti KPK, MK, dan MA juga diklaim banyak yang anggota KAHMI. “Di semua partai ada orang KAHMI. Di Golkar, PDIP, PKB, Demokrat, PAN” kata Ketua Majelis Etik KAHMI, Muhammad Jusuf Kalla.

Karena itu, mudah dipahami jika belakangan ini, beberapa alumni HMI juga dikabarkan terciduk kasus korupsi. Sebab jika mengutip frase dari Lord Acton: ""Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely. Great men are almost always bad men", maka tersirat, yang bisa korup hanyalah yang berkuasa. Jadi jika tidak ingin korup, bahkan sekecil zarah pun, sebaiknya orang itu tidak usah berkuasa, termasuk dalam bentuk kekuasaan yang sekecil zarah. Dan itu tidak mungkin, bukan?


Selamat milad HMI: 5 Februari 1947 – 5 Februari 2014.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

TARNSLATE