====>>>>TERIMA KASIH SUDAH MENGUNJUNGI BLOG SAYA SEMOGA BISA MEMBANTU<<<<<=====

Jumat, 22 Juni 2012

TUJUAN INSTRUKSIONAL & RANAH TAKSONOMI BLOOM


A.     Tujuan Instruksional

1.       Defenisi Tujuan Instruksional
Materi suatu bidang studi tidak mungkin menjadi milik kita, tanpa dipelajari terlebih dahulu, baik dipelajari sendiri maupun diajarkan oleh guru. Proses atau kegiatan mempelajari materi ini terjadi dalam saat terjadinya situasi belajar mengajar atau pengajaran (instruksional). Dari perkatan pengajaran atau instruksional inilah maka timbul istilah tujuan instruksional merupakan bagaian dari pembelajaran, berbagai defenisi tujuan instruksional disampaikan oleh beberapa tokoh diantanya :

     a.       Robert F. Mager (1962), tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi tingkat kompetensi tertentu, 
     b.       Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981), tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang tersamar (covert), 
   c.       Fred Percival dan Henry Ellington (1984), tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan atauketerampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat sicapai sebagai hasil belajar.
Dari beberapa defenisi diatas maka tujuan instruksional adalah tujuan yang menggambarkan pengethuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur.
Tujuan pengajaran (Instruksional) dikelompokkan menjadi dua yaitu:
    a.       Tujuan Instruksional Umum (TIU), yang menggariskan hasil-hasil dianeka bidang studi yang harus dicapai oleh siswa. 
    b.       Tujuan Instruksional Khusus (TIK).yang merupakan penjabaran TIU yang menyangkut satu pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu sebagai tujuan pengajaran yang kongkrit dan spesifik, yang dianggap cukup berharga, wajar dan pantas yang dapat direalisasikan dan bertahan lama demi tercapainya tujuan instruksional umum. TIK dapat dibedakn menjadi dua aspek yakni :
2.       Manfaat Tujuan Instruksional
Dalam pembaharuan system pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini, setiap guru dituntut untuk mengetahui tujuan pembelajaran dari kegiatannya mengajar dengan titik tolak kebutuhan siswa. Oleh karena itu dalam merancang system belajar yang akan dilakukannya, langkah pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan instruksional. Adapun manfaat tujuan instruksional adalah:
       a.       Guru mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan memilih prosedur (metode) mangajar, 
       b.       Siswa mengetahui arah belajarnya, 
       c.       Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan suatu bahan sehingga diperkecil    kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap) antar guru, 
      d.       Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa, 
      e.       Guru sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision maker)mempunyai criteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efiensi pengajaran.
3.       Merumuskan Tujuan Instruksional
Telah disebutkan bahwa tujuan instruksional adalah tujuan yang menyatakan adanya sesuatu yang dapat dikerjakan atau dilakukan oleh siswa setelah pengajaran, siswa tidak mempunyai kemampuan untuk mengerjakan ataupun melakukannya.
Contoh:
Sebelum ada pengajaran, siswa belum bisa menyelesaikan proses perhitungan, sesudah dilakukan pengajaran maka siswa dapat menyelesaikan soal-soal perhitungan.
Dalam merumuskan tujuan instruksional ada beberapa syarat yang harus diperhatikan:
     a.       Harus berpusat pada perubahan tingkah laku peserta didik, 
     b.       harus berisikan tingkah laku operasional,   
     c.       harus berisikan makna dari pokok bahasan yang diajarkan pada saat itu.
3.       Langkah-Langkah dalam Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus
Ada tiga pokok yang harus dipahami oleh guru dalam merumuskan tujuan pengajaran, yaitu: 
     a.       Memprelajari kurikulum.  
     b.       Memahami tipe-tipe hasil belajar  
     c.       Memahami cara merumuskan tujuan pengajaran sehingga isi tujuan tersebut menjadi jelas dan dapat dicapai oleh pelajar setelah menerima pengajaran tersebut.
Adapun beberapa langkah untuk merumuskan tujuan instructional khusus: 
    a.       Membuat sejumlah TIU (Tujuan Instruktional Umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan. Dalam merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya masih umum dan tidak dapat di ukur karena perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia (intern).  
   b.       Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya jelas, khusus, dapat diamati, terukur, dan menunjukkan perubahan tingkah laku. Rumusan TIK yang lengkap memuat tiga komponon, yaitu:
    ü  Tingkah laku akhir (terminal behavior)
Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah seseorang mengalami proses belajar.
  ü  Kondisi demonstrasi (condition of demonstration or testi)
Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang dikenakan   kepada siswa pada saat ia mendemonstrasikan tingkah laku akhir,
  ü  Standar keberhasilan (standard of performance).
Standar keberhasilan adalah komponen TIK yang menunujkkan seberapa jauh tingkat keberhasilan yang dituntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada situasi akhir. Tinggkat keberhasilan dapat dinyatakan dalam jumlah maupun persentase misalnya:
  Ø  Dengan 75% betul
  Ø  Sekurang-kurangnya 5 dari 10
  Ø  Tanpa kesalahan

A.     Taksonomi Bloom
Taksonomi di sini diartikan sebagai salah satu metode klasifikasi tujuan instruksional secara berjenjang dan progresif ke tingkat yang lebih tinggi. Masing-masing isi kawasan Taksonomi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a.       Kawasan Kognitif (Pemahaman)
Kawasan kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat “pengetahuan” sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu “evaluasi”. Kawasan kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut;
ü     Tingkat pengetahuan (knowledge)
Tujuan intruksional pada level ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) informasiyang telah diterima sebelumnya, seperti misalnya : fakta, terminology, rumus, strategi pemecahan masalah, dan sebagainya.
ü  Tingkat pemahaman (comprehension)
Kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, dan informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.
ü  Tingkat penerapan (application)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai maslaah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
ü  Tingkatan analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi.
Dalam hal ini siswa diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.

ü  Tingkat sintesis (synthesis)
Sintesis di sini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
ü  Tingkat evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan level tertinggi, yang mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dankeputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Jadi evaluasi di sini lebih condong ke bentuk penilaian biasa dari pada sistem evaluasi.

 b.       Kawasan Afektif Sikap & Prilaku
Untuk memperoleh gambaran tentang kawasan tujuan instruksional afektif secara utuh, berikut ini akan dijelaskan setiap tingkat secara berurutan berikut ini :
1.       Tingkat menerima (receiving)
Menerima di sini diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan perilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya stimulus tertentu yang mengandung estetika.
2.       Tingkat tanggapan (responding)
Tanggapan atau jawaban (responding) mempunyai beberapa pengertian, antara ,lain :
ü  Tanggapan dilihat dari segi pendidikan diartikan sebagai perilaku baru dari sasaran didik (siswa) sebagai manifestasi dari pendapatnya yang timbul karena adanya perangsang pada saat ia belajar.
ü  Tanggapan dilihat dari segi psikologi perilaku (behavior psychology) adalah segala perubahan perilaku organisme yang terjadi atau yang timbul karena adanya rangsangan
3.       Tingkat menilai (valuing)
Menilai dapat diartikan sebagai :
ü  Pengakuan secara obyektif (jujur) bahwa siswa itu obyektif, sistem atau benda tertentu mempunyai kadar manfaat.
ü  Kemauan untuk menerima suatu obyek atau kenyataan setelah seseorang itu sadar bahwa obyek tersebut mempunyai nilai atau kekuatan, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku positif atau negatif.

4.       Tingkat organisasi (organization)
Organisasi dapat diartikan sebagai :
ü  Proses konseptualisasi nilai-nilai dan menyusun hubungan antar nilai-nilai tersebut, kemudian memilih nilai-nilai yang terbaik untuk diterapkan.
ü  Kemungkinan untuk mengorganisasikan nilai-nilai, menentukan hubungan antar nilai dan menerima bahwa suatu nilai itu lebih dominan dibanding nilai yang lain apabila kepadanya diberikan berbagai nilai.
5.       Tingkat karakterisasi/Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)
Karakterisasi adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga sikap dan perbuatan itu seolah-olah telah menjadi ciri-ciri pelakunya.
Berdasarkan pada kelima tingkatan yang dirumuskan oleh Bloom dan Kratwohl tersebut di atas, maka Romiszowski dalam bukunya Producing Instruction System (1984), mengelompokkan aspek afektif tersebut menjadi dua tipe perilaku yang berbeda.
ü  Reflek yang terkondisi, yaitu reaksi kepada stimuli khusus tertentu yang dilakukan secara spontan tanpa direncanakan lebih dahulu tujuan reaksinya.
ü  Sukarela (voluntary) adalah aksi dan reaksi yang terencana untuk mengarahkan ke tujuan tertentu dengan cara membiasakan dengan latihan-latihan untuk mengontrol diri.

c.       Kawasan Psikomotor (psychomotor domain)
Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Dengan demikian maka kawasan psikomotor adalah kawasan yang berhubungan dengan seluk beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh fikiran sehingga diperoleh tingkat keterampilan fisik tertentu. Kawasan psikomotor meliputi sebagai berikut :
1.       Persepsi (perception)
Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.
2.       Kesiapan (set)
Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3.       Gerakan terbimbing (Guided response)
Mencakup kemampuan untuk melakukan rangkaian geral sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).
4.       Gerakan yang terbiasa (mechanical response)
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu gerakan dengan lancer karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
5.       Gerakan Kompleks (Complex response)
Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar tepat dan efisien.
6.       Penyesuaian pola gerakan (adjusment)
Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran.
7.       Kreativitas (creativity)
Mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak yang baru atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Taksonomi Bloom ini mendapat berbagai tanggapan di kawasan kognitif. E. De. Corte mengusulkan sebuah kalisifikasi dengan mengacu pada model intelegensia yang dikembangkan oleh Guilford dengan mengelompokkan kawasan kognitif menjadi :
a.       Kemampuan reproduktif meliputi:
Kemampuan ini meliputi resepsi berdasarkan pengamatan, mengenal kembali (recognition) dan mengingal (recall)
b.       Kemampuan produktif
Kemampuan ini meliputi kemampuan menciptakan sendiri jawaban atas suatu pertanyaan dan menemukan pemecahan atas sebuah permasalahan. Hasil kemampuan ini tampak dalam 3 hal :
Ø  Hasil proses berfikir konvergen yakni hasil atau jawaban yang sudah pasti dengan langkah pemecahan yang sudah ditentukan.
Ø  Hasil proses berfikir divergen yaitu hasil atau jawaban yang belum pasti dengan langkah pemecahan yang belum pasti pula.
Ø  Hasil proses berfikir evaluatif yaitu mengolah dan menilai berdasarkan kriteria tertentu.


 REFERENSI
1.       Winkel, W.S., “Psikologi Pembelajaran”, Media Abadi, Cetakan ke IX, tahun 2007.
2.       Blogger Pendidikan Anak. 2011. Makalah Tujuan Instruksional Evaluasi Pendidikan. http://www.artikelbagus.com/2011/06/tujuan-instruksional.html. 20 Juni 2012


















Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

TARNSLATE